Banyumas24jam - hampir setiap daerah di Indonesia, mempunyai tradisi yang diwariskan turun temurun dan dilestarikan oleh warga masyarakatnya. Dan tradisi di setiap daerah di Indonesia biasanya bertepatan dengan bulan-bulan tertentu, hari-hari tertentu. Seperti Tradisi turun temurun yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh warga masyarakat di desa wisata Cikakak, kecamatan Wangon, kabupaten Banyumas. Tradisi itu adalah Jaro Rajab.
Setiap bulan Rajab, masyarakat Desa Wisata Cikakak melaksanakan salah satu upacara adat yang sudah diwariskan dari zaman nenek moyang. Jaro Rajab merupakan ritual merawat makam leluhur dengan cara mengganti pagar bambu di sekelilingnya. Bagi masyarakat sekitar, tradisi ini dipercaya bisa menghilangkan sifat jahat dari diri manusia dan sebagai sarana untuk ngalap berkah atau mendapat berkah dari perbuatan baik mereka setelah mengganti jaro atau pagar makam. Tradisi Jaro Rajab juga dipercaya bisa menjaga keterikatan batin dengan para pendahulunya.
Tradisi ini diawali dengan kegiatan bersih makam yang berada di kawasan Masjid Saka Tunggal. Usai membersihkan makam, masyarakat selanjutnya mengganti jaro (pagar bambu) yang mengelilingi kompleks makam Kiai Mustholih dan Masjid Saka Tunggal. Bambu untuk pagar ini diperoleh dari masyarakat sekitar yang membawa secara sukarela. Pagar ini diganti oleh para pria, sedangkan para yang wanita ikut serta sowan menghadap ke rumah juru kunci untuk mengantar, memasak, dan menyajikan makanan untuk selamatan. Setelah prosesiselesai, para pria akan makan selamatan dan pulang membawa makanan ‘berkat’ dari rumah juru kunci.
Tradisi jaro rajab, selain meneruskan atau melestarikan tradisi turun temurun dari nenek moyang, tradisi ini juga bermanfaat untuk melestarikan gotong royong dan guyub rukun sesama masyarakat. Dengan guyubnya masyarakat, tentunya akan menjadikan keamanan dan kenyamanan di suatu daerah.
Setiap bulan Rajab, masyarakat Desa Wisata Cikakak melaksanakan salah satu upacara adat yang sudah diwariskan dari zaman nenek moyang. Jaro Rajab merupakan ritual merawat makam leluhur dengan cara mengganti pagar bambu di sekelilingnya. Bagi masyarakat sekitar, tradisi ini dipercaya bisa menghilangkan sifat jahat dari diri manusia dan sebagai sarana untuk ngalap berkah atau mendapat berkah dari perbuatan baik mereka setelah mengganti jaro atau pagar makam. Tradisi Jaro Rajab juga dipercaya bisa menjaga keterikatan batin dengan para pendahulunya.
Tradisi ini diawali dengan kegiatan bersih makam yang berada di kawasan Masjid Saka Tunggal. Usai membersihkan makam, masyarakat selanjutnya mengganti jaro (pagar bambu) yang mengelilingi kompleks makam Kiai Mustholih dan Masjid Saka Tunggal. Bambu untuk pagar ini diperoleh dari masyarakat sekitar yang membawa secara sukarela. Pagar ini diganti oleh para pria, sedangkan para yang wanita ikut serta sowan menghadap ke rumah juru kunci untuk mengantar, memasak, dan menyajikan makanan untuk selamatan. Setelah prosesiselesai, para pria akan makan selamatan dan pulang membawa makanan ‘berkat’ dari rumah juru kunci.
Tradisi jaro rajab, selain meneruskan atau melestarikan tradisi turun temurun dari nenek moyang, tradisi ini juga bermanfaat untuk melestarikan gotong royong dan guyub rukun sesama masyarakat. Dengan guyubnya masyarakat, tentunya akan menjadikan keamanan dan kenyamanan di suatu daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar